BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darimanakah asal usul kehidupan ini ? Adalah sebuah pertanyaan dari abad ke abad. Pertanyaan ini menimbulkan banyak reaksi dari para ahli yang berkecimpung di bidang ini. Selanjutnya pemahaman mereka kita kenal dengan teori abiogenesis, teori biogenesis, dan disusul teori oparin. Untuk membuktikan kebenaran teori mereka, mereka kemudian melakukan percobaan. Dari hasil percobaan, teori biogenesis muncul sebagai pemenang. Hal ini karena hasil dari percobaan para pendukungnya masuk akal dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Para pendukung teori ini adalah Francesco Redi, Lazarro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
Diantara para ilmuwan yang telah meruntuhkan teori abiogenesis dengan melakukan percobaan, dan yang paling terkenal adalah teori Lazarro Spallanzani, yang menggunakan air kaldu sebagai bahan percontohan. Air kaldu ini dimasukkan ke dalam beberapa tabung dan tabung ada yang dipanasi dan ada yang tidak, dan ada yang ditutup dan ada yang tidak, ada yang dipanasi sekaligus ditutup. Akhirnya setelah beberapa hari Lazarro Spallanzani mendapatkan hasil bahwasanya air kaldu yang telah dipanaskan dan ditutup rapat tidak berubah warna dan tidak berbau, itu artinya tidak ada mikroorganisme dalam tabung yang ditutup rapat dan dipanaskan. Sedangkan pada tabung yang lain berubah warna dan berbau yakni tabumg yang tidak ditutup dan tabung yang tidak diberi perlakuan apa-apa. Hal ini tentu saja bisa dibuktikan oleh orang lain dengan melakukan percobaan tersebut. Sebab, hal ini telah dibuktikan oleh banyak orang dan pastinya memperkuat pembuktian yang dilakukan oleh Lazarro Spallanzani. Dari penjelasan di atas menjadi latar belakang kami melakukan percobaan untuk membuktikan teori biogenesis, khususnya percobaan yang dilakukan oleh Lazarro Spallanzani dengan mengambil air kaldu sebagai contoh percobaan.
B. Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan memberi kesempatan kepada mahasiswa mengikuti jalan pikiran dan langkah-langkah yang pernah dilakukan para ilmuwan/peneliti dalam memecahkan masalah biolgi, khususnya menjawab pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?”
C. Manfaat Pratikum
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang langkah-langkah yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan dalam memecahkan masalah biologi dan kebenaran dari teori para ilmuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanyaan “dari manakah asal kehidupan ?”, telah dicoba dijawab dengan berbagai teori dan percobaan. Diantaranya adalah percobaan Spallanzani yang meragukan kebenaran teori Abiogenesis/Generatio Spontanea dari Aristoteles (Hals.Y, dkk. 2010 ).
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Annilasyiva, 2010).
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut. Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea (Annilasyiva, 2010).
Menurut Anonim 2010, teori biogenesis merupakan teori yang mengatakan bahwa mahluk hidup berasal dari mahluk hidup sebelumnya. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian:
1. Percobaan Francesco Redi
Pada tahun 1668, seorang dokter Italia yang bernama francesco Redi melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa ulat tidak muncul dari daging yang membusuk melainkan dari telur lalat. Pada percobaannya, Francesco Redi menggunakan 2 buah toples yang berisi daging. Toples pertama diisi daging dan ditutup dengan rapat. Toples kedua diisi dengan daging dan dibiarkan tebuka. Setelah didiamkan beberapa hari, daging pada toples pertama tidak mengandung ulat. Sebaliknya pada toples kedua dagingnya mengandung ulat. Dari percobaan tersebut francesco redi menyimpulkan bahwa ulat yang terdapat pada toples kedua berasal dari lalat. Lalat yang hinggap pada daging tersebut bertelur, dan telurnya tersimpan dalam daging tersebut kenudian menetas dan menjadi ulat.
2. Percobaan Lazarro spallanzani
Penelitian mengenai biogenesis juga dilakukan oleh oendeta berkebangsaan Italia, Lazarro spallanzani pada tahun 1765. Ia mencoba membuktikan bahwa mikroorganisme yang ditemukan oleh Leuwwenhoek tidak muncul dengan sendirinya. Lazarro spallanzani melakukan percobaan dengan dua buah kaldu yang berisi air kaldu nutrien yang dipanaskan. Labu pertama diisi air kaldu nutrien, yang dipanaskan hingga suhu mencapai 15oC dan dibiarkan terbuka. Labu kedua diisi air nutrien kemudian dipanaskan mendidih (100oC) dan disumbat dengan gabus. Sesudah itu kedua labu didinginkan dan didiamkan selama 1 minggu. Hasil percobaan ini adalah pada labu pertama air kaldu keruh dan pada labu kedua air kaldu tetap jernih, tidak berbau, dan tidak mengandung mikroorganisme. Tetapi, jika selanjutnya labu kedua dibiarkan terbuka maka setelah beberapa hari air kaldu menjadi keruh dan berbau.
3. Percobaan Louis Pasteur
Percobaan spallanzani disempurnakan oleh Louis Pasteur, seorang ahli biokimia dan mikrobiologi dari Prancis. Pasteur juga mendidihkan gelas labu berisi kaldu, tetapi leher kaldu tidak ditutup rapat-rapat melainkan dibentuk seperti huruf S atau leher angsa, sehingga ujumgnya tetap terbuka. Labu leher angsa diisi dengan air kaldu nutrien, kemudian didihkan hingga steril. Setelah itu labu didinginkan dan didiamkan. Setelah beberapa hari air kaldu dalam labu leher angsa tetap jernih, meskipun udara dapat masuk ke dalam tabung. Mikroorganisme yang ada di udara tidak dapat mencapai air kaldu karena terjebak dalam leher labu yang panjang. Tetapi jika labu berleher angsa ini dimiringkan sehingga air kaldu bersentuhan dengan udara yang terperangkap di leher labu, maka beberapa hari kemudian air kaldu menjadi keruh (Anonim, 2010).
Lazarro Spallanzani membuktikan bahwa mahluk hidup tidak berasal dari air kaldu, dan mereka berpendapat bahwa labu yang ditutup tidak terdapat oksigen untuk hidup. Oleh karena itu, percobaan Lazarro Spallanzani belum berhasil menumbangkan teori abiogenesis ( Kimbal, 1993 ).
Kemudian hasil percobaan Lazarro Spallanzani diperbaiki oleh Louis Pasteur dengan menggunakan kaca yang berbentuk leher angsa. Tentunya pada tabung ini telah dibersihkan. Walaupun udara dapat keluar masuk tabung dalam air kaldu. Kemudian leher tabuung dipatahkan dan setelah beberapa hari, air kaldu menjadi keruh dan gagallah usaha untuk mempertahankan pandangan Abiogenesis/ Generatio Spontanea dari Aristoteles. Lalu, muncullah teori Biogenesis yang mengatakan bahwa mahluk hidup berasal dari mahluk hidup yang sebelumnya (Pratiwi, 1999).
Teori evolusi kimia yang didukung oleh beberapa ilmuwan mengemukakan pendapat adanya panas dari berbagai sumber, berbagai energi senyawa-senyawa sederhana ini saling bereaksi membentuk molekul-molekul yang lebih kompleks. Suatu keadaan membentuk senyawa-senyawa organik, hasil reaksi ini semakin lama semakin semakin banyak dan berkumpul di lautan sehingga terbentuklah campuran berbagai senyawa. Oleh Haldane disebut senyawa sup yang kaya akan materi-materi, dalam lautan yang makin panas. Bahan sup inilah yang merupakan bahan pembentuk protoplasma yang selanjutnya membentuk sel oval. Sampai saat ini, belum ada seorang pun ilmuwan yang berhasil memecahkan masalah bagaimana asal usul kehidupan di bumi ini. Banyak teori atau paham yang dikemukakan oleh ilmuwan mengenai masalah tersebut, tetapi semuanya belum dapat memberikan jawaban yang memuaskan (Jamila, 2005).
Stanley Miller bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks. Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala laboratorium. Dia merancang sebuah alat yang dinamakan tabung miller. Miller memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan air ke dalam alat. Air dipanasi sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi. Sebagai sumber energi yang bertindak sebagai “halilintar” agar gas-gas dan uap air bereaksi, digunakan lecutan aliran listrik tegangan tinggi. Ternyata timbul reaksi, terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam amino, adenin dan gula sederhana seperti ribosa. Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam sistem kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida dapat terbentuk di bawah kondisi abiotik. Yang menjadi masalah utama adalah belum dapat terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan dari senyawa kompleks menjadi makhluk hidup yang paling sederhana (Anonim, 2010)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
1. Hari/Tanggal : Rabu,3 November 2010
2. Waktu : 14.00-16.00 WITA
3. Tempat : Laboratorium Biologi FMIPA UNM lantai III.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. 4 buah tabung reaksi
b. 1 buah rak tabung reaksi
c. 1 buah lampu spritus
d. 2 buah sumbat kayu
e. 1 buah penjepit kayu
f. 1 buah aqua gelas
2. Bahan
a. Korek api
b. 40 ml kaldu cair
c. 1 potong lilin
C. Prosedur Kerja
1. Mengisi keempat tabung reaksi dengan kaldu masing-masing 10 mL.
2. Tabung I, menyumbat dengan sumbat kayu dan menetesi lilin cair sela antara mulut tabung dengan tutup dan tidak dipanaskan
3. Tabung II, mendidihkan kaldunya di atas api lampu spritus selama 10 menit, membiarkannya terbuka (tanpa tutup)
4. Tabung III, mendidihkan kaldunya di atas api lampu spritus selama 10 menit, segera menututupnya dengan sumbat kayu dan menetesi lilin cair sela antara mulut tabung dengan tutupnya.
5. Tabung IV, membiarkannya tanpa memberi perlakuan apa-apa.
6. Meletakkan semua tabung percobaan pada rak tabung reaksi dan menyimpannya di atas meja kerja, usahakan terhindar dari gangguan hewan, cahaya matahari langsung dan sumber panas lainnya.
7. Melakukan pengamatan dan pencatatan setiap hari, selama lima hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Keadaan keempat tabung reaksi pada hari pertama,
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
Keadaan keempat tabung reaksi pada hari terakhir,
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
Tabel pengamatan
Paraf | |||||||
Tabung IV | E | - | - | ü | ü | ü | ü |
BU | ü | - | - | - | - | ü | |
BA | - | ü | ü | ü | ü | ü | |
W | Bening | Keruh | Keruh | Keruh | Keruh | Keruh | |
Tabung III | E | - | ü | ü | ü | ü | ü |
BU | - | - | - | - | - | - | |
BA | - | - | - | - | - | ü | |
W | Keruh | Keruh | Bening | Bening | Bening | Bening | |
Tabung II | E | - | ü | ü | ü | ü | ü |
BU | ü | - | - | - | - | - | |
BA | - | ü | ü | ü | ü | ü | |
W | Keruh | Keruh | Keruh | Keruh | Keruh | Keruh | |
Tabung I | E | - | ü | ü | ü | ü | ü |
BU | - | - | - | - | - | - | |
Bau | - | - | - | - | - | ü | |
W | Bening | Keruh | Keruh | Keruh | Keruh | Keruh | |
Hari ke- | 0 Rabu 28-10-2010 | I Kamis 29-10-2010 | II Jumat 30-10-2010 | III Sabtu 31-10-2010 | IV Senin 02-11-2010 | V Selasa 03-11-2010 |
Pembahasan
1. Tabung I
Pada tabung I diberi perlakuan yaitu air Kaldu dimasukka ke dalam tabung reaksi dipanaskan lalu ditutup dengan sumbat kayu, lalu ditetesi lilin cair sela antar mulut tabung dan tutup. Pada hari petama sampai hari terakhir pengamatan, air kaldu tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan maksudnya hanya warnanya pada hari ke-1 menjadi keruh dan hari-hari selanjutnya tetap keruh. Begitu pada endapan, hari ke-0 tidak ada endapan dan hari-hari selanjutnya terdapat sedikit endapan.hal ini disebabkan oleh air kaldu yang dipanaskan itu ditutup rapat. Ini membuktikan bahwa dalam kaldu tersebut tidak terdapat mikroorganisme, karena miroorganisme tersebut sudah mati saat dipanaskan. Selain itu tabung ditutup rapat dengan sumbat kayu sehingga air kaldu tersebut tidak terkotaminasi dengan udara bebas yang mengandung banyak mikroorganisme.
Pengamatan ini sesuai dengan percobaan Lazarro Spallanzani dengan menggunakan lagi tabung dalam perlakuan yang sama dimana setelah disimpan beberapa hari pada suhu kamar diperiksa dengan mikroskop ternyata tidak ditemukan adanya mikroorganisme.
2. Tabung II
Pada tabung II air kaldu dipanaskan sampai mendidih dan tidak ditutup. Pada hari ke-0 sampai hari terakhir air kaldu berwarna agak keruh. Walaupun awalnya mikroba dalam air kaldu sudah mati, tetapi tidak ditutup sehingga air kaldu tersebut terkontaminasi bebas yang mengandung banyak mikroba, sehingga mikroba tersebut berkembang biak walaupun dalam jumlah yang sedikit, sehingga air kaldu menjadi keruh dan berbau.
3. Tabung III
Pada tabung III, air kaldu yang telah dididihkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditutup rapat, dan ditetesi lilin cair disekitar mulut tabung. Pada hari 0 dan 1 air kaldu masih normal (keruh). Hal ini disebabkan karena mikroba yang berkembang biak walaupun tidak begitu cepat karena tidak terkontaminasi dengan udara bebas.
Pada pengamatan terakhir, keadaan air kaldu menjadi lebih keruh dibandingkan pada hari kedua. Terdapat endapan dan berbau busuk. Hal ini disebabkan karena mikroba ada pada air kaldu tersebut terus berkembang biak. Mengingat perlakuan yang diberikan yaitu air kaldu tidak dipanaskan sehingga meskipun ditutup mikroba dapat berkembang biak.
4. Tabung IV
Pada tabung IV, air kaldu tidak diberi perlakuan apa-apa. Yakni tidak dipanaskan dan tidak ditutup. Pada hari ke-0, warna air kaldu masih normal (bening), begitupun baunya dan tidak ada endapan. Perubahan air kaldu dapat diamati karena adanya kenampakan mikroorganisme pada tabung. Seperti yang kita ketahui mikroorganisme berasal dari mikroorganisme sebelumnya yang memang talah ada pada air kaldu. Mikroorganisme ini awalnya sedikit, sehimgga air kaldu tampak bening. Namun, karena organisme berkembang begitu cepat sehingga pada hari ke-1 perubahan itu sangat jelas, yaitu air kaldu menjadi keruh, begitupun pada hari-hari berikutnya.
Pada hari terakhir pengamatan, terjadi perubahan yang amat sangat jelas. Warna kaldu lebih keruh, dan menimbulkan yang lebih menyengat, serta terdapat endapan. Hal ini dipengaruhi oleh air kaldu yang tidak dipanaskan sehingga mikroba terus berkembang biak. Ditambah lagi tabung tersebut tidak ditutup sehingga air tesebut terkontaminasi oleh udara bebas.
Dari pengamatan yang kami lakukan tidak jauh beda dengan yang dilakukan oleh Lazarro Spallanzani. Dimana Lazarro Spallanzani melakukan percobaan dengan dua buah labu yang berisi air kaldu nutrien yang dipanaskan. Labu pertama diisi air kaldu nutrien yang dipanaskan hingga suhu mencapai 15oC dan dibiarkan terbuka. Labu kedua diisi air nutrien kemudian dipanaskan mendidih (100oC) dan disumbat dengan gabus. Sesudah itu kedua labu didinginkan dan didiamkan selama 1 minggu. Hasil percobaan ini adalah pada labu pertama air kaldu keruh dan pada labu kedua air kaldu tetap jernih, tidak berbau, dan tidak mengandung mikroorganisme. Tetapi, jika selanjutnya labu kedua dibiarkan terbuka maka setelah beberapa hari air kaldu menjadi keruh dan berbau. Hal itu seperti halnya yang kami lakukan dimana pada percobaan kami, 4 tabung yang masing-masing diberi perlakuan berbeda hasil akhir yang kami peroleh yaitu tabung yang dibiarkan terbuka warnanya menjadi keruh dan berbau, sedangkan tabung yang tertutup berwarna bening. Dari hasil itu terbukti bahwa mikroorganisme berasal dari udara bebas dan dari mikroorganisme lainnya yang sudah ada.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat dapat disimpulkan, Mahluk hidup berasal dari mahluk hidup sebelumnya. Perubahan warna pada air kaldu menjadi keruh disebabkan karena adanya mikroba/mikroorganisme. Mikroorganisme pada air kaldu berasal dari mikroorganisme yang telah ada sebelumnya dan mikroorganisme yang ada pada udara bebas. Dari percobaan yang dilakukan maka percobaan Lazarro Spallanzani terbukti kebenarannya yaitu dari percobaannya ia membuktikan bahwa mahluk hidup bukan berasal dari benda mati melainkan mahluk hidup berasal dari mahluk hidup sebelumnya.
B. Saran
1. Untuk laboratorium
Sebaiknya alat-alat yang disediakan laboratorium diperhatikan, sehingga praktikan tidak menggunakan alat yang kurang baik.
2. Untuk praktikum
Pada praktikum ini, diperlukan ketelitian mata dalam melihat hasil pengamatan dan kelincahan kita dalam mengoperasikan alat, selain itu perlu adanya perhatian dalam masalah kebersihan lab maupun sarana dan prasarananya.
3. Untuk asisten
Sebaiknya asisten mendampingi kelompok yang kurang memahami percobaan yang dipraktikumkan
DAFTAR PUSTAKA
Annilasyiva. 2010. Asal Usul Kehidupan. http://www.google.co.id. Diakses pada tanggal 06 November 2010.
Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Jamila. 2005. Biologi Umum. Bandung: Ganesha.
Kimbal, W John. 1993. Sains Biologi. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi. 1999. Sains Biologi. Bandung: Ganesha.
DAFTAR PUSTAKA
.
PERTANYAAN
1. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya perubahan kaldu pada percobaan tersebut di atas ?
2. Dari manakah datangnya makhluk hidup yang terjadinya perubahan kaldu tersebut ?
3. Perubahan kaldu pda percobaan tersebut di atas terjadi pada tabung yang diperlakukan bagaimana ? Mengapa bisa terjadi demikian ?
4. Pada tabung yang diperlakukan bagaimana yang kaldunya tidak mengalami perubahan ? Mengapa tidak terjadi perubahan warna dan bau ?
5. Mungkinkah dari bahan kaldu itu secara tiba-tiba akan muncul mahkluk hidup baru ?
6. Hasil percobaan di atas dapatkan digunakan sebagai bukti yang kuat untuk menyangkal pendapat Generatio Spontanea ? Jelaskan !
JAWABAN DARI PERTANYAAN
1. Penyebab terjadinya perubahan air kaldu yaitu karena tabung reaksi tersebut terbuka sehingga kaldu terkontaminasi mikoba dari udara ke dalam air kaldu sehingga ada bau busuk yang membuat adanya makhluk hidup.
2. Makhluk hidup yang menyebabkan terjadinya perubahan kaldu adalah berasal dari pembusukan akibat dari kontaminasi udara.
3. Perubahan yang terjadi pada tabung I, II dan III yaitu :
a. Tabung I tidak dipanaskan dan tidak ditutup sehingga mengandugng mikroba karena berkontaminasi langsung dengan udara.
b. Tabung II tidak dipanaskan tetapi ditutup namun masih ada aktifitas mikroba.
c. Tabung III dipanaskan dan tidak ditutup, ada mikroba dari lingkungan yang mempengaruhi.
4. Tabung yang tidak menglami perubahan warna adalah tabung IV yang dipanaskan dan ditutup, karena pemanasan yang diberikan sehingga mikriba mati dan tabung itu ditutup sehingga tidak bisa terkontaminasi dengan lingkungan.
5. Pada kaldu yang tidak dipanaskan atau ditutup pada tabung I, kemungkinan terdapat makhluk hidup baru karena adanya kontaminasi dari udara.
6. Percobaan yang dilakukan sangat jelas dapat menyangkal pendapat teori generation spontanea (Abiogenesis). Karena bertolak belakang dengan teorinya yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang secara spontan dapat muncul akibat adanya gaya hidup.
D. Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan memberi kesempatan kepada mahasiswa mengikuti jalan pikiran dan langkah-langkah yang pernah dilakukan para ilmuwan/peneliti dalam memecahkan masalah biolgi, khususnya menjawab pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?”
E. Manfaat Pratikum
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang langkah-langkah yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan dalam memecahkan masalah biologi dan kebenaran dari teori para ilmuan.
didasari atas pemikiran bahwa bahan organik merupakan dasar organisme yang pada mulanya dibentuk sebagai reaksi gas yang ada di alam dengan bantuan energi.
Menurut teori Urey,konsep tersebut dapat dijabarkan atas 4 fase,yaitu sebagai berikut:
fase 1.tersedianya molekul metan,amonia,hidrogen,dan uap air yang sangat banyak didalam atmosfer.
fase 2.energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar-sinar kosmis merupakan energi pengikat dalam reaksi-reaksi molekul-molekul metan,amonia,hidrogen dan uap air.
fase 3.terbentuknya zat hidup yang paling sederhana.
fase 4.zat hidup yang terbentuk berkembang dengan waktu berjuta-juta tahun menjadi sejenis yang lebih kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar